Interaksi obat merupakan suatu faktor yang
dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan. Obat dapat berinteraksi
dengan makanan atau minuman, zat kimia atau dengan obat lain. Dikatakan terjadi
interaksi apabila makanan, minuman, zat kimia, dan obat lain tersebut mengubah
efek dari suatu obat yang diberikan bersamaan atau hampir bersamaan (Ganiswara,
2000). Beberapa obat sering diberikan secara bersamaan pada penulisan resep, maka
mungkin terdapat obat yang kerjanya berlawanan. Obat pertama dapat memperkuat
atau memperlemah, memperpanjang atau memperpendek kerja obat kedua. Interaksi
obat harus lebih diperhatikan, karena interaksi obat pada terapi obat dapat
menyebabkan kasus yang parah dan tingkat kerusakan-kerusakan pada pasien,
dengan demikian jumlah dan tingkat keparahan kasus terjadinya interaksi obat
dapat dikurangi (Mutschler, 1991).
Kejadian interaksi obat yang mungkin terjadi
diperkirakan berkisar antara 2,2% sampai 30% dalam penelitian pasien rawat inap
di rumah sakit, dan berkisar antara 9,2% sampai 70,3% pada pasien di
masyarakat. Kemungkinan tersebut sampai 11,1% pasien yang benar-benar mengalami
gejala yang diakibatkan olehinteraksi obat (Fradgley, 2003).
Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mempelajari interkasi obat, dengan mempelajari
interaksi obat diharapkan dapat meminilasir kesalahan pengobatan.
Definisi interaksi obat
Interaksi
obat dapat didefinisikan sebagai modifikasi efek satu obat akibat obat lain
yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, atau bila dua atau lebih
obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas satu
atau lebih akan berubah (Fradgley, 2003).
Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses
hingga akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut
meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi.
Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara bersamaan
dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi
dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik.
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antar obat (yang diberikan bersamaan)
yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga menimbulkan efek sinergis atau
antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih obat
yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses ADME (absorpsi,
distribusi, metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau
menurunkan salah satu kadar obat dalam darah.
Interaksi
obat dengan makanan
Interaksi antara obat & makanan dapat terjadi ketika makanan yang
kita makan mempengaruhi obat yang sedang kita gunakan, sehingga mempengaruhi
efek obat tersebut. Interaksi antara obat & makanan dapat terjadi baik
untuk obat resep dokter maupun obat yang dibeli bebas, seperti obat antasida,
vitamin dll.
Kadang-kadang apabila kita minum obat berbarengan dengan makanan, maka dapat mempengaruhi efektifitas obat dibandingkan apabila diminum dalam keadaan perut kosong. Selain itu konsumsi secara bersamaan antara vitamin atau suplemen herbal dengan obat juga dapat menyebabkan terjadinya efek samping.
Kadang-kadang apabila kita minum obat berbarengan dengan makanan, maka dapat mempengaruhi efektifitas obat dibandingkan apabila diminum dalam keadaan perut kosong. Selain itu konsumsi secara bersamaan antara vitamin atau suplemen herbal dengan obat juga dapat menyebabkan terjadinya efek samping.
>> Beberapa contoh interaksi obat dan makanan
Tidak
semua obat berinteraksi dengan makanan. Namun, banyak obat-obatan yang
dipengaruhi oleh makanan tertentu dan waktu Anda memakannya. Berikut adalah
beberapa contohnya:
- Jus
jeruk menghambat enzim yang terlibat dalam metabolisme obat sehingga
mengintensifkan pengaruh obat-obatan tertentu. Peningkatan pengaruh
obat mungkin kelihatannya baik, padahal tidak. Jika obat diserap lebih
dari yang diharapkan, obat tersebut akan memiliki efek berlebihan.
Misalnya, obat untuk membantu mengurangi tekanan darah bisa menurunkan
tekanan darah terlalu jauh. Konsumsi jus jeruk pada saat yang sama dengan
obat penurun kolesterol juga meningkatkan penyerapan bahan aktifnya dan
menyebabkan kerusakan otot yang parah. Jeruk yang dimakan secara bersamaan
dengan obat anti-inflamasi atau aspirin juga dapat memicu rasa panas dan asam di perut.
- Kalsium atau makanan yang mengandung kalsium, seperti susu dan
produk susu lainnya dapat mengurangi penyerapan tetrasiklin.
- Makanan
yang kaya vitamin K (kubis, brokoli, bayam, alpukat, selada) harus
dibatasi konsumsinya jika sedang mendapatkan terapi antikoagulan
(misalnya warfarin), untuk mengencerkan darah. Sayuran itu mengurangi
efektivitas pengobatan dan meningkatkan risiko trombosis (pembekuan
darah).
- Kafein meningkatkan risiko overdosis antibiotik tertentu
(enoxacin, ciprofloxacin, norfloksasin).Untuk menghindari keluhan
palpitasi, tremor, berkeringat atau halusinasi, yang terbaik adalah
menghindari minum kopi, teh atau soda pada masa pengobatan.
Interaksi obat dengan obat
Interaksi Famakokinetik
1. Interaksi pada proses absorpsi
Interaksi dala absorbs di saluran cerna dapat disebabkan karena
a. Interaksi langsung yaitu terjadi reaksi/pembentukan
senyawa kompleks antar senyawa obat yang mengakibatkan salah satu atau semuanya
dari macam obat mengalami penurunan kecepatan absorpsi.
Contoh:
interaksi tetrasiklin dengan ion Ca2+, Mg2+, Al2+
dalam antasid yang menyebabkan jumlah absorpsi keduanya turun.
b. Perubahan pH
Interaksi
dapat terjadi akibat perubahan harga pH oleh obat pertama, sehingga menaikkan
atau menurukan absorpsi obat kedua.
Contoh:
pemberian antasid bersama penisilin G dapat meningkatkan jumlah absorpsi
penisilin G
c. Motilitas saluran cerna
Pemberian
obat-obat yang dapat mempengaruhi motilitas saluan cerna dapat mempegaruhi
absorpsi obat lain yang diminum bersamaan.
Contoh:
antikolinergik yang diberikan bersamaan dengan parasetamol dapat memperlambat
parasetamol.
2. Interaksi pada proses distribusi
Di dalam darah senyawa obat berinteraksi dengan protein plasma. Seyawa
yang asam akan berikatan dengan albumin dan yang basa akan berikatan dengan α1-glikoprotein.
Jika 2 obat atau lebih diberikan maka dalam darah akan bersaing untuk berikatan
dengan protein plasma,sehingga proses distribusi terganggu (terjadi peingkatan
salah satu distribusi obat kejaringan).
Contoh: pemberian klorpropamid dengan fenilbutazon, akan meningkatkan
distribusi klorpropamid.
3. Interaksi pada proses metabolisme
a. Hambatan metabolisme
Pemberian
suatu obat bersamaan dengan obat lain yang enzim pemetabolismenya sama dapat
terjadi gangguan metabolisme yang dapat menaikkan kadar salah satu obat dalam
plasma, sehingga meningkatkan efeknya atau toksisitasnya.
Cotoh:
pemberian S-warfarin bersamaan dengan fenilbutazon dapat menyebabkan mengkitnya
kadar Swarfarin dan terjadi pendarahan.
b. Inductor enzim
Pemberian
suatu obat bersamaan dengan obat lain yang enzim pemetabolismenya sama dapat
terjadi gangguan metabolisme yang dapat menurunkan kadar obat dalam plasma,
sehingga menurunkan efeknya atau toksisitasnya.
Contoh:
pemberian estradiol bersamaan denagn rifampisin akan menyebabkan kadar
estradiol menurun dan efektifitas kontrasepsi oral estradiol menurun.
4. Interaksi pada proses eliminasi
a. Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat
jika
suatu obat yang ekskresinya melalui ginjal diberikan bersamaan obat-obat yang
dapat merusak ginjal, maka akan terjadi akumulasi obat tersebut yang dapat
menimbulkan efek toksik.
Contoh:
digoksin diberikan bersamaan dengan obat yang dapat merusak ginjal (aminoglikosida,
siklosporin) mengakibatkan kadar digoksin naik sehingga timbul efek toksik.
b. Kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjal
Jika
di tubulus ginjal terjadi kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sistem
trasport aktif yangsama dapat menyebabkan hambatan sekresi.
Contoh:
jika penisilin diberikan bersamaan probenesid maka akan menyebabkan klirens
penisilin turun, sehingga kerja penisilin lebih panjang.
c. Perubahan pH urin
Bila
terjadi perubahan pH urin maka akan menyebabkan perubahan klirens ginjal. Jika
harga pH urin naik akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat asam
lemah, sedangkan jika harga pH turun akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang
bersifat basa lemah.
Contoh:
pemberian pseudoefedrin (obat basa lemah) diberikan bersamaan ammonium klorida
maka akan meningkatkan ekskersi pseudoefedrin. Terjadi ammonium klorida akan
mengasamkan urin sehingga terjadi peningkatan ionisasi pseudorfedrin dan
eliminasi dari pseudoefedrin juga meningkat.
Pasien yang Rentan Terhadap Interaksi Obat
Efek
dan tingkat keparahan interaksi obat dapat bervariasi antara pasien yang satu
de ngan yang lain. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap
interaksi obat, antara lain yaitu:
1). Pasien lanjut usia
2). Orang yang minum lebih dari
satu macam obat
3). Pasien yang mempunyai
gangguan fungsi ginjal dan hati
4). Pasien dengan penyakit akut
5). Pasien dengan penyakit yang
tidak stabil
6). Pasien yang memiliki
karakteristik genetik tertentu
7). Pasien yang dirawat oleh
lebih dari satu dokter (Fradgley, 2003).
Reaksi
yang merugikan dan interaksi obat yang terjadi pada pasien lanjut usia adalah
tiga sampai tujuh kali lebih banyak daripada mereka yang berusia pertengahan
dan dewasa muda. Pasien lanjut usia menggunakan banyak obat karena penyakit
kronis dan banyaknya penyakit mereka, oleh karena itu mereka mudah mengalami
reaksi dan interaksi yang merugikan (Kee dan Hayes, 1996).
---->>>Reaksi yang merugikan dan interaksi obat
yang terjadi pada pasien lanjut usia lebih
tinggi karena beberapa sebab, yaitu:
1). Pasien
lanjut usia menggunakan banyak obat karena penyakit kronik dan
banyaknya penyakit mereka.
2). Banyak dari
pasien lanjut usia melakukan pengobatan diri sendiri dengan obat
bebas, memakai obat yang diresepkan
untuk masalah kesehatan yang lain, menggunakan obat yang diberikan oleh
beberapa dokter, menggunakan obat yang diresepkan untuk orang lain, dan
tentunya proses penuaan fisiologis yang
terus
berjalan.
3).
Perubahan-perubahan fisiologis yang berkaitan dengan proses penuaan seperti
pada sistem gastrointestinal, jantung
dan sirkulasi, hati dan ginjal dan perubahan ini mempengaruhi respon
farmakologik terhadap terapi obat.
Penatalaksanaan
Interaksi Obat
Langkah
pertama dalam penatalaksanaan interaksi obat adalah waspada terhadap pasien
yang memperoleh obat-obatan yang mungkin dapat berinteraksi dengan obat lain.
Langkah berikutnya adalah memberitahu dokter dan mendiskusikan berbagai langkah
yang dapat diambil untuk meminimalkan berbagai efek samping obat yang mungkin
terjadi. Strategi dalam penataan obat ini meliputi :
1.
Menghindari
kombinasi obat yang berinteraksi.
Jika risiko
interaksi obat lebih besar daripada manfaatnya, maka harus
dipertimbangkan
untuk memakai obat pengganti.
2.
Menyesuaikan dosis
Jika
hasil interaksi obat meningkatkan atau mengurangi efek obat, maka perlu
dilaksanakan modifikasi dosis salah satu atau kedua obat untuk mengimbangi
kenaikan atau penurunan efek obat tersebut.
3.
Memantau pasien
Jika kombinasi
obat yang saling berinteraksi diberikan, pemantauan
diperlukan.
4.
Melanjutkan
pengobatan seperti sebelumnya
Jika
interaksi obat tidak bermakna klinis, atau jika kombinasi obat yang berinteraksi
tersebut merupakan pengobatan yang optimal, pengobatan pasien dapat diteruskan
tanpa perubahan (Fradgley, 2003).
Level
Signifikansi Klinis dalam Interaksi Obat
Menurut
Hansten dan Horn (2002) signifikansi klinis dibuat dengan mempertimbangkan
kemungkinan bagi pasien dan tingkat dokumentasi yang tersedia. Setiap interaksi
telah ditandai dengan salah satu dari tiga kelas, yaitu: Mayor, Moderat, atau
Minor. Sistem klasifikasi tersebut telah disesuaikan dengan banyak provider lain
dari informasi interaksi obat. Pengetahuan signifikansi klinis dari suatu
interaksi hanya menyediakan sedikit informasi untuk memilih strategi manajemen
yang tepat untuk pasien khusus. Interaksi obat ditandai dengan salah satu dari
tiga kelas berdasarkan interevensi yuang dibutuhkan untuk meminimalisasi risiko
dari interaksi. Interaksi ditandai berdasarkan nomer signifikansi sebagai
berikut:
1. Interaksi
kelas 1
Sebaiknya
kombinasi ini dihindari, karena lebih banyak risikonya
dibandingkan
keuntungannya.
2. Interaksi
kelas 2
Biasanya
kombinasi ini dihindari, sebaiknya penggunaan kombinasi
tersebut
hanya pada keadaan khusus.
3. Interaksi
kelas 3
Interaksi
kelas 3 ini risikonya minimal, untuk itu perlu diambil tindaka n
yang
dibutuhkan untuk mengurangi risiko.
Konsekuensi dari interaksi obat.
Interaksi obat dapat mengakibatkan
peningkatan atau penurunan yang bermanfaat atau efek merugikan yang diberikan
obat-obatan. Bila interaksi obat meningkatkan manfaat dari administratif obat
tanpa meningkatkan efek samping, kedua obat dapat digabungkan untuk
meningkatkan kontrol terhadap kondisi yang sedang dirawat. Misalnya,
obat-obatan yang mengurangi tekanan darah oleh berbagai mekanisme yang berbeda
dapat digabungkan karena efek menurunkan tekanan darah dicapai oleh kedua
obat-obatan mungkin akan lebih baik dibandingkan dengan obat itu sendiri.
Penyerapan beberapa jenis obat meningkat oleh makanan. Oleh karena itu, obat
ini diambil dengan makanan dalam rangka untuk meningkatkan konsentrasi mereka
didalam tubuh dan, pada akhirnya, mereka berpengaruh. Sebaliknya, bila
penyerapan obat-obatan berkurang oleh makanan, maka obat diambil pada waktu
perut kosong.
Interaksi
obat yang paling banyak dikuatirkan adalah yang mengurangi dari efek yang
diinginkan atau meningkatkan efek merugikan dari obat itu sendiri. Obat yang
mengurangi penyerapan atau meningkatkan metabolisme atau penghapusan obat
lainnya cenderung mengurangi efek dari obat yang lain. Hal ini dapat
mengakibatkan kegagalan terapi atau memerlukan peningkatan dosis obat agar
berpengaruh. Sebaliknya, obat-obatan yang meningkatkan penyerapan atau
mengurangi eliminasi atau metabolisme obat lain yang meningkatkan konsentrasi
obat-obatan lain di dalam tubuh dan menyebabkan lebih banyak efek samping.
Terkadang, obat berinteraksi karena mereka menghasilkan efek samping yang
serupa. Oleh karena itu, bila kedua obat yang menghasilkan efek samping yang
sama digabungkan, frekuensi dan kerasnya dari efek samping yang meningkat.
>> Interaksi
obat dan tembakau/rokok <<
Bahwa merokok mempengaruhi
metabolisme obat sudah lama diketahui. Mekanisme utama dari interaksi ini ialah
biotransformasi obat dipercepat kerana terjadi induksi dari mikrosomal enzim di
hepar yang disebabkan oleh zat-zat yang ada pada asap rokok.bagaimana
presismekanisme ini belum dapat ditentukan.interkasi obat dengan tembakau/rokok
ini mengakibatkan penurunan obat dalam plasma. Dari tabel I di bawah yang
paling penting secara klinis ialah efek terhadap pil keluwarga
berencana (Pil KB) dan oestrogen lainya, juga efek terhadap Theopyllin
dapat tergagu.
1. Oestrogen-tembakau/rokok
Studi
epidemiologis menujukan bahwa efek kardivaskuler seperti “stroke”, infark
miokordial dan thromboembolisme yang dikaitkan dengan penggunaan konstrasepsi
oral (pil KB) jauh lebih besar pada seorang perokok daripada bukan perokok. Resikok
ini meningkatdengan unsure serta jumlah rokok yang diihisp seharinya. Mekanisme
pasti dari interaksi ini masih kurang
jelas. Bagaimanapun, wanita yang sedang ber_KB dengan Pil KB, seharusnya
tidak merokok kerana asap rokok dapat mengurangi kada Oestrogen dalam darah. Dan
kalau wanita ini tidak mau menghentikan rokoknya, maka dia harus memakai cara
kontrasepsi yang lain, misalnya kondom.
2.
Theophyllin-tembakau/rokok
Merokok
secara signifikasi merupakan farmakokinetik Theophyllin.
Rokok merasang biotransformasi Theophyllia di hepra dan mengakibatkan
peningkatan kliners Theophyllin, sehigga waktu paruh (t1/2)
Theophyllin menjadi lebih singkat dan kadar dalam darah lebih rendah. Seorang perokok
berat samapai memelukan theophyllin dalam dosis dua kali lipat dari dosis
lazim.
Tabel
I. Efek obat-obat yang dipengaruhi oleh asap rokok
-
Anidepresan trisklik
(Amitriptylin,
Desipramine, Imipramine, Nortriptylin).
-
Antidiabetika oral
-
Benzodiazepines (Diazepam, Chlorodiazepoxid)
-
Cholorpromazine
-
Kontraseptif oral (pil KB0
-
Oestrogen
-
Heperain
-
Lidocaine
-
Pentazocine
-
Propaxyphene
-
Propanol
-
theophyllin
|
SARAN BAGI PEMBACA:
Saran
yang bisa saya berikan pada para pembaca posting Interaksi obat ini tidak banyak, yang penting
dalam memilih obat harus diperhatikan betul interaksinya baik-baik. Dengan
memperhatikan interaksi obat yang akan terjadi jika digunakan, ini dapat
dilihat dari indikasi dan kontrak indikasi karena cara ini cukup mudah dan bisa
digunakan di lapangan.
Setiap
obat pasti memiliki interaksi pada obat lain maupun makanan, hal ini tidak bisa
di hilangkan karena akan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Bisa di
anologikan secara sederhan suatu interaksi obat dengan matematis contoh 1+1= 2
jika suatau obat di berikan bersamaan dan memiliki khasiat yang sama makan akan
memperkuat efek yang dinginkan.
http://www.untukku.com/artikel-untukku/interaksi-obat-apa-yang-patut-anda-ketahui-untukku.html
http://pio.farmasi.ui.ac.id/interaksiobat.php
http://www.faikshare.com/2010/08/interaksi-obat-dan-makanan.html
Maaf jika ada yang belum saya masukan dalam daftar literatur yang saya gunakan dalam posting kalih ini.
Akan saya tambahi literaturnya nanti, maaf karena saya sedikit lupa.
Akan saya tambahi literaturnya nanti, maaf karena saya sedikit lupa.
Sumber
bacaan :
- Melader A, Dabielson K, Schereten B, et
al. Enhancement by food of Canrenone biovailability form spironolactone. Clin
Pharmacol Ther 199; 22:100-103.
Dan
masih banyak lagi sumber bacaan yang ada untuk menambah pemahan kita.