Rabu, 23 April 2014

PENGARUH PEMBERIAN INFUS DAUN TAPAK LIMAN (Elephantopi Folium) TERHADAP DAYA ANTIPIRETIK PADA MENCIT PUTIH (Mus musculus)



Penyebab demam dapat digolongkan menjadi 2 katagori yang banyak diderita oleh manusia, yaitu demam non infeksi dan demam infeksi. Demam non infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam non infeksi jarang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan demam infeksi adalah demam yang desebkan oleh masuknya patogen, seperti kuman, bakteri, virus atau mikroganisme lainya kedalam tubuh. Demam infeksi merupakan demam yang sering terjadi dan diderita masyarakat.  
Data dari kementrian Republik Indonesia pada tahun 2011 menyatakan bahwa 45,11% penduduk dengan keluhan kesehatan tertinggi ditempati oleh panas/demam. Oleh karena itu diperlukan penanganan lebih lanjut khusnya pada demam infeksi. Penanganan demam pada masyrakat sering menggunakan obat-obatan sintetik yang banyak beredar dipasaran seperti paracetamol, asetosal, ibuprofen dan lain-lain. Selain obat sintetik yang biasa dipakai, ada pengobatan alternatif berupa bahan-bahan alam (herbal). Pengunaan obat herbal menjadi sebuah tren baru, yang saat ini digandurungi oleh masyarakat luas. Mayoritas masyarakat memilih pengobatan herbal, karena bahan alami dianggap bersifat lebih aman, dan tidak mempuyai efek samping yang besar. Selain itu relatif lebih murah serta bahan baku mudah didapat. Ada beberapa faktor yang mempenagruhi berpindahnya masyarakat memakai obat herbal diantaranya usia harapan hidup yang lebih panjang setelah mengonsumsi obat herbal saat prevalensi penyaki kronik meningkat. Adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu seperti kanker.
Bahan obat herbal yang dapat digunakan sebagai salah satu antipiretik, adalah daun tapak liman karena memiliki kandungan epifrielinol, lupeol, stiqmasterol, triacontan-I-oI, lupeol acetat, deoxyelephantopin (Diah dan Enny, 2007). Selain itu terdapat Flavonoid luteolin-7-glukosida (Indonesia, 1978). Flavonoid luteolin-7-glukosida dicurigai sebagai senyawa antipiretik karena flavonoid berperan dalam menekan produksi prostaglandin, dengan cara menghambat enzim siklooksigenase-2 (COX-2) (Brunetton, 1999). Kata lain mekanisme kerja dari flavonoid sebagai inhibitor COX-2 sehingga demam tidak akan bisa terjadi. Selain itu penggunaan daun tapak liman telah terbukti secara empiris dari zaman nenek moyang. Pengunaan empiris melalui jalan merebus daun tapak liman mengunakan air untuk mengatasi demam. 
Keberadaan daun tapak liman hanya dimanfaatkan oleh sebagian kecil masyarakat. Seperti halnya masyarakat di daerah Bojonegoro yang memandang daun tapak liman sebagai tanaman pengganggu karena dianggap tidak mempuyai manfaat. Penelitian ini dilakukan untuk pembuktian efek terapi daun tapak liman sebagai antipiretik. Pembuktian antipiretik daun tapak liman diperlukan untuk menyakinkan masyarakat umum maupun pemerintah. Adanya pembuktian ini diharapkan bisa mendukung pengobatan demam secara alternatif menggunakan bahan alam, serta menambah nilai daun tapak liman. Nilai yang dimaksud disini adalah pemanfaatanya tidak sekedar sebagai tanaman hias semata tetapi juga sebagai obat antipiretik.



Jika teman2 ingin tahu lebih jahu bisa klik di link ini
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar