Penyebab demam dapat digolongkan menjadi 2 katagori
yang banyak diderita oleh manusia, yaitu demam non infeksi dan demam infeksi.
Demam non infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh masuknya bibit
penyakit ke dalam tubuh. Demam non infeksi jarang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan demam infeksi adalah demam yang desebkan oleh masuknya
patogen, seperti kuman, bakteri, virus atau mikroganisme lainya kedalam tubuh.
Demam infeksi merupakan demam yang sering terjadi dan diderita masyarakat.
Data dari kementrian Republik Indonesia pada tahun
2011 menyatakan bahwa 45,11% penduduk dengan keluhan kesehatan tertinggi
ditempati oleh panas/demam. Oleh karena itu diperlukan penanganan lebih lanjut
khusnya pada demam infeksi. Penanganan demam pada masyrakat sering menggunakan
obat-obatan sintetik yang banyak beredar dipasaran seperti paracetamol,
asetosal, ibuprofen dan lain-lain. Selain obat sintetik yang biasa dipakai, ada
pengobatan alternatif berupa bahan-bahan alam (herbal). Pengunaan obat herbal
menjadi sebuah tren baru, yang saat ini digandurungi oleh masyarakat luas. Mayoritas
masyarakat memilih pengobatan herbal, karena bahan alami dianggap bersifat
lebih aman, dan tidak mempuyai efek samping yang besar. Selain itu relatif
lebih murah serta bahan baku mudah didapat. Ada beberapa faktor yang
mempenagruhi berpindahnya masyarakat memakai obat herbal diantaranya usia
harapan hidup yang lebih panjang setelah mengonsumsi obat herbal saat
prevalensi penyaki kronik meningkat. Adanya kegagalan penggunaan obat modern
untuk penyakit tertentu seperti kanker.
Bahan obat herbal yang dapat digunakan sebagai salah
satu antipiretik, adalah daun tapak liman karena memiliki kandungan epifrielinol,
lupeol, stiqmasterol, triacontan-I-oI, lupeol acetat, deoxyelephantopin (Diah dan
Enny, 2007). Selain itu terdapat Flavonoid luteolin-7-glukosida (Indonesia, 1978).
Flavonoid luteolin-7-glukosida dicurigai sebagai senyawa antipiretik karena
flavonoid berperan dalam menekan produksi prostaglandin, dengan cara menghambat
enzim siklooksigenase-2 (COX-2) (Brunetton, 1999). Kata lain mekanisme kerja
dari flavonoid sebagai inhibitor COX-2 sehingga demam tidak akan bisa terjadi.
Selain itu penggunaan daun tapak liman telah terbukti secara empiris dari zaman
nenek moyang. Pengunaan empiris melalui jalan merebus daun tapak liman
mengunakan air untuk mengatasi demam.
Keberadaan daun tapak liman hanya dimanfaatkan oleh
sebagian kecil masyarakat. Seperti halnya masyarakat di daerah Bojonegoro yang
memandang daun tapak liman sebagai tanaman pengganggu karena dianggap tidak
mempuyai manfaat. Penelitian ini dilakukan untuk pembuktian efek terapi daun
tapak liman sebagai antipiretik. Pembuktian antipiretik daun tapak liman
diperlukan untuk menyakinkan masyarakat umum maupun pemerintah. Adanya pembuktian
ini diharapkan bisa mendukung pengobatan demam secara alternatif menggunakan
bahan alam, serta menambah nilai daun tapak liman. Nilai yang dimaksud disini
adalah pemanfaatanya tidak sekedar sebagai tanaman hias semata tetapi juga
sebagai obat antipiretik.
Jika teman2 ingin
tahu lebih jahu bisa klik di link ini
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar