BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit yang diderita manusia bayak sekalih faktor yang menyebabkan timbulnya suatu penyakit itu, salah satunya adalah bakteri. Banyak sekalih penyakit yang disebabkan oleh bakteri, di antaranya kolera ,radang selaput otak, tuberkulosis, batuk rejan, diare dan masih banyak lagi. Khusus pada penyakit diare sering sekalih di sebabkan oleh bakteri E.coli. Di negara-negara Eropa, bakteri E.Coli telah menjangkiti ribuan orang. Bahkan, telah membuat puluhan orang meninggal dunia.
Sama halya di Eropa, Indonesia harus waspada karena angka kejadian diare di sebagian besar di wilayah hingga saat ini masih tinggi. Di beberapa daerah sering diare hingga mengakibatkan KLB (kejadian luar biasa). Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Penggobatan yang biyasa digunakan dalam penyakit diare adalah obat-obat jenis antibiotik.
Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Antibiotika yang akan digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, harus mememiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, antibiotika tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk manusia. Banyak antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya kuinolon).
Banyaknya antibiotik yang ada sekarang di buat secara sintetik, menyebabkan mudahnya bakteri resisten terhadap antibiotik. Mengapa harus antibiotik sintetik kalo ada yang alami, tapi masyarakat sekarang tidak bisa disalahkan karena mereka tidak tahu lebih dalam mengenai antibiotik yang mereka gunakan. Padahal antibiotik yang di buat secara sintetik mempuyai efek samping yang lebih besar dari pada antibiotik yang dibuat secara alami.
Masyarakat termasuk professional kesehatan masih banyak yang salah paham dengan antibiotik sintetis modern lebih unggul dibandingkan antibiotik alami, padahal antibiotik alami tidak kalah dengan antibiotik sintetis malah ada beberapa antibiotik alami sebenarnya termasuk antibiotik super.
Oleh karena itu saya melakukan suatu penelitian Uji aktifitas ekstraksi daun sirih terhadap Escherichia coli dengan tujuan bisa digunakan sebagai penganti antibiotik sintetik. Saya memilih dau sirih karena daun sirih sangat mudah di dapatkan dan telah banyak kita ketahui bahwa daun sirih sangat banyak mengandung minyak atsiri yang bermanfaat unutuk berbagai bidang kesehatan.
Daun Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dimakan dengan cara mengunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Sirih digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka), sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun Melayu. Ada beberapa jenis sirih yang dikenal di masyarakat. Misalnya, sirih jawa (daun lebih lembut, kurang tajam, hijau rumput), sirih belanda (daun besar, hijau tuam rasa dan bau tajam dan pedas), sirih cengkeh (kecil, daun kuning, rasa seperti cengkeh), sirih kuning, dan sirih hitam.
Daun sirih dapat digunakan sebagai antibakteri karena mengandung 4,2% minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol yang merupakan isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol methil euganol, Caryophyllen (siskuiterpen), kavikol, kavibekol, estragol dan terpinen
Dengan kandungan minyak atsiri yang ada pada daun sirih sangat cocok untuk digunkan sebagai antibiotik. Bisa disimpulkan bahwa daun sirih mempuyai kemampuan antibakteri karena mengandung banyak minyak atsiri.
1.2 Tujuan
1. Menguji ekstrak daun sirih
2. Mengukur daya hambat pertumbuhan bakteri
3. Melakukan uji potesi bahan antimikroba dengan metode cakram kertas
1.3 Manfaat
1. Mengetahui kemampuan antibakteri pada ekstraksi daun sirih
2. Mengetahui kemampuan ekstrak daun sirih
3. Mengetahui berapa besar potensi daya hambat ekstraksi
daun sirih pada pertumbuhan bakteri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daun sirih
Daun sirih dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit diantaranya obat sakit gigi dan mulut, sariawan, abses rongga mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut, batuk dan serak, hidung berdarah, keputihan, wasir, tetes mata, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala pusing, jantung berdebar dan trachoma. Hasil uji farmakologi menunjukkan bahwa infusa daun sirih dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab pneumonia dan Gaseus gangrene. Air rebusan daun sirih dapat digunakan untuk mengobati batuk maupun berfungsi sebagai bakteriosid terutama terhadap Haemophylus influenzae, Staphylococcus aureus dan Streptococcus haemoliticus (Mursito, 2002).
Hasil uji farmakologi menunjukkan bahwa infusa daun sirih dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab pneumonia dan Gaseus gangrene. Air rebusan daun sirih dapat digunakan untuk mengobati batuk maupun berfungsi sebagai bakteriosid terutama terhadap Haemophylus influenzae, Staphylococcus aureus dan Streptococcus haemoliticus (Mursito, 2002).
Karvakol bersifat sebagai desinfektan dan antijamur sehingga bisa digunakan sebagai antiseptik, euganol dan methyl-euganol dapat digunakan untuk mengurangi sakit gigi (Syukur dan Hernani, 1997). Selain itu didalam daun sirih juga terdapat flavanoid, saponin, dan tannin. Menurut Mursito (2002) saponin dan tannin bersifat sebagai antiseptik pada luka permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa dan melawan infeksi pada luka. Flavanoid selain berfungsi sebagai bakteriostatik juga berfungsi sebagai anti inflamasi. Kartasapoetra (1992) menyatakan daun sirih antara lain mengandung kavikol dan kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yang mempunyai daya antibakteri lima kali lipat dari fenol biasa terhadap Staphylococcus aureus.
Minyak asirinya pada daun sirih antara lain mengandung kavikol dan kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yang mempunyai daya antibakteri lima kali lipat dari fenol biasa terhadap Streptococcus mutans, Streptococcus Viridans dan Staphylococcus aureus.
Cara kerja fenol dalam membunuh mikroorganisme yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel (Pelczar dan Chan, 1981). Dengan terdenaturasinya protein sel, maka semua aktivitas metabolisme sel dikatalisis oleh enzim yang merupakan suatu protein (Lawrence dan Block, 1968).
Berdasarkan uraian diatas, membuktikan bahwa daun sirih mempunyai dasar kuat digunakan sebagai bahan obat karena mengandung minyak atsiri dengan komponen fenol yang dapat memepengaruhi pertumbuhan bakteri.
2.1.1 Ekologi dau sirih
Sirih diketemukan di bagian timur afrika, di sekitar pulau Zanzibar, daerah sekitar sungai Indus ke timurmenelusuri sungai Yang Tse Kiang, kepuluan Boni, kepulauan Fiji dan kepulauan Indonesia. Sirih terbesar di nusantara dalam skala yang tidak terlalu luas. Di jawa tumbuh liar di hutan jati atau hutan hujan sampai ketinggian 300m di ats permukaan laut. Untuk memperoleh pertumbuhan yang bai diperlukan tanah yang kaya akan humus, subur dan pengairan yang baik.
Keaneragaman
Dikenal beberapa macam sirih:
1. Daun sirih yang berwarna hijau tua dengan rasa pedas merasang. Terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
2. Daun sirih yang berwarna kuning, terdapat di Sumatra dan Jawa Barat.
3. Sirih kaki merpati, daunnya berwaran kuning dengan tulang daun berwarana merah.
4. Sirih hitam yang ditanam khusus untuk obat.
2.1.2 Tinjauan Tentang Jaringan Daun Sirih
Marskoskopik. Daun tunggal warna coklat kehijauan sampai coklat.. helaina daun sberbentuk bundar telur sampai lonjong, ujung rucing, pangkal bebentuk bundar telur sampai lonjong, ujung runcing, pangkal berbentuk jantungatau agak bundarberlekuk sedikit, pinggir dau rata agak menggulung ke bawah , panjang 5 cm samapai 18,5 cm, lebar cm sampai 12 cm, pernukaan rata , licin agak mengkilat.
Daun sirih di iris/ di potong melintang
Gambar penampang melintang dau sirih
Tulang daun agak tenggelam, permukaan bawah agak kasar, kusam, tulang daun menonjol permukaan atas berwarna lebih tua dari permukaan bawah. Tangakai daun luas,warana coklat kehijauan, panajang 1,5 cm sampai 8 cm.
Mikroskopok. Eperdemis atas terdiri dari satu lapis sel, bentuk persegi empat, kutikula tebal licin, pada pengamatan tangesial tamapak berbentuk poligonal denag dinding sampai lurus. Eperdemis bawah serupa dengan eperdmis atas, pada pengamatan tangesial tampak berbentuk polygonal dengan dinding samping agak beromba. Pada permukaan dau terdapat rambut peneutup dan rambut kelenjar, rambut pada epidermis atas lebih sedikit dari pada epidermis bawah. Rambut penutup terdiri dari satu sel, bentuk kerucut pendek, ujung runcing, panjang 18 um sampai 25 um, dingding tebal, kutikula bulat. Stomata tipe anomositik, panjang 25 um sampai 35 um , stomata. Hypodermis terdapat pada kedua permukaan daun himpodermis atas umunnya terdiri dua lapis sel, hypodermis bawah umunya satu lapis : sel hipordemis berbentuk persegi empat, besar, jernih, tersusun rapat, pada hypodermis terdapat sel minya berisi minyak atsiri berwarna kekuningan . jaringan palisade banyak butir hijau daun, juga terdapat sel minyak seperti sel minyak pada hipordemis. Jaringan bungakarang terdiri dari beberapa lapis sel, bentuk seltidak teratur, tersusun agak mendatar, sel minyak seperti pada palisade. Berkas pembulu tipe kolera, di antara jaringan floem terdapat sel minya. Di atas berkas pembulu pada tulang daun deret denagn palisade terdapat banyak butir hijau daun, terdapat juga sel berisi hablurbentukprisma yang tidak larut pada penambahab asam klorida pekat P.
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran. Ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran yang disebut sebagai pemurnian dan untuk mengetahui keberadaan zat dalam suatu sampel ( analisa labolatorium ). Karena itu pelarut yang digunakan harus memiliki selisih titik didih yang lebih besar dari zat yang diekstraksi, sehingga lebih mudah dalam melakukan pemisahan. Hasil dari ekstraksi berupa ekstrak (ekstrak cair maupun ekstrak kental).
Sebelum melakukan ekstraksi kita terlebih dahulu harus mengetahui sifat-sifat
minyak atsiri diantaranya:
1. Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa.
2. Memiliki bau khas.
3. Dalam keadaan murni mudah menguap dalam suhu kamar.
4. Indeks bias umumnya tinggi
5. Berat jenis lebih kecil dari pada air.
6. Sangat mudah larut dalam pelarut organic.
7. Pada umumnya tidak bias larut dalam air, tetapi cukup dapat larut
hingga dapat meberikan baunya kepada air walaupun kelarutanya sangat kecil.
8. Pada umunya bersifat optis.
9. Tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan.
10. Tidak bias di sabunkan dengan alkali dan tidak bias berubah menjadi tengik.
11. Mempuyai ras getir,kadang-kadang berasa tajam, menggit meberi kesan hangat
sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di kulit, tergantung dari jenis kompnen penyusunnya.
# Ekstrak cair
Adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi tiap milileter ekstrak mengandung senyawa aktif dari satu gram simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau bagian yang bening di enap tuangkan (dekantasi). Beningan yang diperoleh memenuhi sebagai persyaratan farmakope. Ekstrak cair dapat dibuat dari ekstrak yang sesuai.
# Ekstrak kental / oleoresin
Ekstrak kental/oleoresin dapat diperoleh dengan cara mengekstrak bahan baik yang berasal dari rimpang maupun daun. Simplisia yang telah digiling, dicampur dengan pelarut etanol 70% kemudian dikocok. Setelah dikocok didiamkan semalam besoknya baru disaring. Hasil saringan (filtrat) duapkan menggunakan rotavapor sehingga dihasilkan ekstrak kental dan selanjutnya dianalisis bahan aktifnya. Ekstrak kental tersebut dapat dijadikan ekstrak kering dengan mengeringkan ekstrak kental baik menggunakan sinar matahari, oven, spray dryer maupun frezee dryer. Untuk ekstrak yang berasal dari temu-temuan maupun daun dapat diolah menjadi ekstrak kering dengan bantuan spray dryer maupun frezee dryer. Untuk mempersingkat waktu pengeringan kedalam ekstrak ditambahkan bahan pengisi baik berupa dekstrin ataupun amylum, kemudian diaduk-aduk lalu dikeringkan. Pengeringan dengan sinar matahari juga boleh dilakukan tetapi hasilnya kurang higienis.
Ada beberapa cara ekstraksi yang dapat digunakan dalam mengekstraksi suatu senyawa aktif,yaitu:
Ø Ekstraksi secara dingin
Metode maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Metode Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.
Keuntungan metode ini adalah :
§ Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
§ Pelarut yang digunakan lebih sedikit
§ Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini :
§ Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
§ Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
§ Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik
dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, karena uapnya akan
mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.
dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, karena uapnya akan
mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.
Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan karena sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
Ø Ekstraksi secara panas
Metode refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator.
Metode destilasi uap
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman
Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.
Evaporasi
Proses perubahan molekul zat cair menjadi gas atau uap air (penguapan). Ini adalah tehnik
pemisahan minyak atsiri daun sirih (yang mengandung kavikol dan kavibetol), yang akan saya
gunakan dalam uji aktifitas daun sirih terhadap E.coli. Evaporasi proses terahir ekstraksi yang
saya laukan.
pemisahan minyak atsiri daun sirih (yang mengandung kavikol dan kavibetol), yang akan saya
gunakan dalam uji aktifitas daun sirih terhadap E.coli. Evaporasi proses terahir ekstraksi yang
saya laukan.
2.3 Uji senyawa antibakteri
Uji senyawa antibakteri dilakukan untuk mengetahui kemampuan dan kepekaan senyawa antimikroba terhadap suatu mikroorganisme patogen penyebab penyakit. Uji senyawa bakteri ini sagat penting, untuk dilakukan karena dengan melakukan uji ini kita dapat mengetahui berapa besar potensi suatu antibiotik dalam menghambat atau mebunuh bakteri. Dalam uji ini juga bisa digunakan untuk memilih antibiotik yang baik untuk mengatsi suatu bakteri.
Seleksi antimikroba yang tepat untuk mengobati suatu penyakit tergantung
pada beberapa faktor,antara lain:
pada beberapa faktor,antara lain:
1. sensifitas mikrooganisme infektif terhadap zat antimikroba
tertentu.
tertentu.
2. Efek samping zat antimikroba, bergantung pada toksisitas lasung
terhadap sel mamalia dan normal mikrobiota (flora norma) yang
terdapat pada jaringan tubuh manusia.
terhadap sel mamalia dan normal mikrobiota (flora norma) yang
terdapat pada jaringan tubuh manusia.
3. Biotrasmasi zat antimikroba secara in vivo, bergantung pada apakah
zat antimikroba akan tetap dalambentuk aktifnya pada jangaka
waktu yang cukup untuk mempuyai efek toksin pada patogen infektif atau tidak.
zat antimikroba akan tetap dalambentuk aktifnya pada jangaka
waktu yang cukup untuk mempuyai efek toksin pada patogen infektif atau tidak.
4. Bahan kimia pada pada zat antimikroba yang menentukan distribusinya
dalam tubuh, bergantung pada kosentrasi bahan kimia aktif antimikroba yang
bermakna, yang dapat mencapai tempat infeksi untuk menghambat atau
membunuh mikroorganisme patogen penyebeb infeksi.
dalam tubuh, bergantung pada kosentrasi bahan kimia aktif antimikroba yang
bermakna, yang dapat mencapai tempat infeksi untuk menghambat atau
membunuh mikroorganisme patogen penyebeb infeksi.
Penetapan kerentanan patogen terhadap antimikroba penting untuk menyelidiki antibiotik yang sesuai untuk mengobati penyakit. Tidak ada gunanya menggunakan antibiotik yang tidakefektif melawan mikroorganisme penyebab penyakit. Ada beberapa prosedur berbeda yang digunakanoleh ahli mikroorganisme terhadap antibiotik,antar lain Cakram KIRBY-BAUER dan Metode Kosentrasi Hmabatan Minimum (KHM) atau Minimum Inhibiory Concentrasion (MIC)
Metode cakram KIRBY-BAUER
Uji kepekaan senyawa antibakteri dengan metode cakram kertas di perkenalkan pada tahun 1966 oleh William Kirby dan Alfereo Baver, disebut dengan uji Difusi Agar karena prinsipnya adalah terjadinya proses Difusi bahan antimikroba dari cakram kertas ke dalam luas daerah penghambat atau zona bening adalah petunjuk kepekaan bakteri patogen penyakit, selain itu juga menunjukan kecepatan difusi bahan anti mikroba dalam medium.
Metode difusi agar telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas saring yang tersedia secara kormesial , kemasan menunjukkan kosentrasi antibiotic tertentu juga tersedia. Efektifitas relative antibiotic yang berbeda menjadidasar bagi spectrum sensivitas suatu organism. Informasi ini, bersama dengan berbagai pertimbangan farmakologi digunakan dalam memilih antibiotic unutuk pengobatan.
Ukuran zona hambatan dapat dipergaruhi oleh kepadatan atau viskositas media biakan, kecepatan difusi antibiotic, dan interaksi antibiotik dengan media. Selain itu, suatu zat yang ditemukan mempuyai efek samping signifikan tidak boleh digunakan untuk terapi karena zat ini mengkin juga mempuyai efek samping signifikan pada system yang diobati.
Metode cakram difusi mewakili prosesdur sederhana untuk menyelidiki zat dalam menentukan apakah zat tersebut signifikan dan mempuyai aktivitas antibiotic yang berguna.
Kosentrasi hambatan minimum (KHM)
Kosentrasi hambatan minimum adalah kosentrasi antibiotic terhadap bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan organism tertentu. KHM dapat ditentukan dengan prosedur tabung enceran. Prosedur ini digunakan untuk menentukan kosentrasi yang masih efektif untuk mencegah pertumbuhan patogen dan mengindifikasiakan dosis antibiotok yang efektif untuk mengontrol infeksi pada pasien.
Inokulum mikroorganisme yang telah distandarisasi ditambahkan ke dalam tabung yang mengandung seri enceran suatu antibiotic, dan pertumbuhan mikroorganisme akan termonitor dengan perubahan kekeruhan. Dengan car ini, KHM antibiotikyang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme in vitro dapat ditentukan.
KHm dapat juga ditentukan dengan menggunakan kosentrasi tunggal suatu antibiotic dengan membandingkan kecepatan pertumbuhan mikrooragnisme pada tabung control dan tabung yang diberi antibiotic.
KHM mengindikasikan kosentrasi minimum antibiotic yang harus dicapai opada tempat infeksi untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang sedang diperiksa. Dengan mengetahui KHM dan teori kadar memilih antibiotic yang dapat dicapai pada cairan tubuh (darah dan urin), kita dapat secara umum, batas keamanan 10 kali KHM digunakan untuk memastikan keberhasilan pengobatan penyakit. Pengunaan mikrotiter dan alat inokulasi otomatis serta system pembacaan mebuat penetapan KHM dapat dikerjakaan dengan mudah di laboratitium klinik.
Penetuan KHM bahkan dapat dilakukan dengan ciran tubuh normal yang seteril tanpa mengisolasi dan mengidifikasi mikroorganisme pathogen. Sebagai contoh, darah atau cairanserebropinal yang mengandung berbagau macam enceran suatu antibiotic dan media pertumbuhan yang sesuai. Peningkatan kekeruhan mengidikasikan pertumbuhan efektif untuk menghambat pertumbuhan bahwa kosentrasi antibiotic tersebut tidak adanya pertumbuhan miroorganisme pathogen menunjukkan kerentanan mikroorganisme terhadap antibiotic pada kosentrasi tersebut. Dengan menentukan KHM, dosis yang sesuai serta antibiotik yang tepat dapat dipilih untuk mengobati penyakit infeksi.
2.3.1 Penggolongan antibiotik berdasar aktivitasnya
Berdasarkan luas aktivitas kerjanya antibiotic dapat digolongkan atas :
1. Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow spectrum) zat yang aktif terutama terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja (baktri gram positif atau bakteri gram negative saja). Contoh eritromisin, kanimisin, klindamisin (hanya terhadap bakteri gram positif), streptomisi, gentamisin (hanya terhadap bakteri gram negative saja).
2. Zat-zat denganaktivitas luas (broad spectrum) zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram positif maupun negatif. Contoh ampisilin, sefalosprin, dan kloramfenicol.
2.4 Bakteri
Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri umumnya merupakan organisme uniseluler (bersel tunggal), prokariota/prokariot, tidak mengandung klorofil, serta berukuran mikroskopik (sangat kecil). Bakteri berasal dari kata bahasa latin yaitu bacterium. Bakteri memiliki jumlah spesies mencapai ratusan ribu atau bahkan lebih. Mereka ada di mana-mana mulai dari di tanah, di air, di organisme lain, dan lain-lain juga berada di lingkungan yang ramah maupun yang ekstrim.
Seperti prokariot pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relative sederhana. Struktur bakteri yang paling penting adalah dinding sel . bakteri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu:
1. Bakteri Gram positif yang memiliki dinding sel yang terdiri atas lapisan peptidolika yang tebal dan asam teichoic
2. Bakteri Gram negative memiliki lapisan luar, lipopolisakarida terdiri atas membrane dan lapisan peptidogglikan yang tipis terletak pada periplasma ( di antar lapisan luar dan membaran sitoplasmik)
Pada bakteri patogen (pembawa penyakit) biasanya terdapat kapsul atau lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada suatu permukaan dan biofilm formation. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas dan magnetosom.
2.4.1 Escherichia coli
Escherichia coli adalah bakteri gram negatif, bakteri ini secara normal terdapat pada saluran usus besar/kecil anak-anak dan orang dewasa sehat dan jumlahnya dapat mencapai 190 CFU/g. bakteri ini dikenal sebagai mikroba indicator kontaminasi fekal dan dibagi dalam dua kelompok yaitu nonpatogenik dan patogenik. Ada empat kelompok patogenik penyebab diare yaitu EPEc (Enteropatogenik Escherichia coli), ETEC (Enterotoksigenik Esherichia coli), EIEC (Enteroinvasif Escherichia coli), dan E. coli penghasil verotoksin (VTEC). Istilah lain juga digunakan untuk VTEC seperti E. coli penghasil toksin mirip-shiga (SLTEC) dan E. coli penghasil toksin shiga (STEC). Istilah enterohemoragik E. coli (EHEC) digunakan untuk galur-galur yang menyebabkan diare berdarah. EHEC mempuyai factor virulen disamping produksi sitotoksin Vero, yang penting dalam menimbulkan penyakit pada manusia.
Penyakit yang bisa di timbulkan bakteri E. coli pada binatang ternak antara lain: Escherichia coli dapat menyebabkan penyakit pada pedet antara lain Calf disentri, White scours (mencret putih) atau Colibacillosis. Pada babi, Escherichia coli yang tergolong dalam haemolitik strain merupakan penyebab penyakit Oedema yang ditunjukkan dengan adanya penebalan dinding lambung dan saluran pencernaan. Pada sapi menunjukkan pyelonephritis, infeksi tali pusat, infeksi persendian, cervicitis, mastitis dan metritis sedangkan pada ayam dapat menimbulkan penyakit seperti Hjarre’s disease, Omphalitis, air sac disease, Peritonitis, Salpingitis dan Colibacillosis (Quinn, 2002).
Gambar bakteri Escherechia coli
2.4.1 Perbedaan bakteri gram negative dan positif
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negatif lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
Sifat
|
Gram positif
|
Gram negatif
|
Komposisi dinding sel
|
Kandungan lipid rendah
|
Lipid tinggi
|
Ketahanan terhadap
penisilin
|
Lebih sensitif
|
Lebih tahan
|
Penghambatan warna
basa
|
Lebih dihambat
|
Kurang dihambat
|
Kebutuhan nutrient
|
Kompleks
|
Relatif sederhana
|
Ketahanan terhadap
perlakuan fisik
|
Lebih tahan
|
Kurang tahan
|
Genus bakteri yang termasuk gram negatif adalah Enterobactericeae, Salmonella spp, Shigella spp, E. Coli, Yersinia enterolitica. Sedangkan bakteri gram positif adalah Staphylococci, Streptococci, Enterococci, Clostridium, Bacillus.
1. Larutan violet hucker (1 tetes) sebagai cat utama yang akan diikat oleh peptdoglikan bakteri.
2. Iodin (1 tetes) sebagai mordan untuk mengintensifkan cat utama.
3. Ethanol 95% (secukupnya sampai cat utama luntur), sebagai bahan peluntur untuk
melunturkan cat utama.
melunturkan cat utama.
4. Safranin (1 tetes) sebagai cat penutup untuk mewarnai kembali sel-sel yang sudah kehilangan
warna cat utamanya.
Pada saat pemberian larutan cat kristal violet, bakteri gram positif dan negatif sama-sama berwarna ungu. Saat ditetesi iodin, pada gram positif terbentuk kompleks iodin kristal violet sehingga sel berwarna biru, demikian juga gram negatif. Namun setelah pencucian dengan etanol warna ungu yang diikat oleh bakteri gram negatif luntur, sedangkan pada bakteri gram negatif tidak. Pada gram negatif lemak terekstraksi dari dinding sel sehingga pori membesar dan kompleks violet kristal-iodin keluar sel, sedangkan pada gram posotif dinding sel dehidrasi, pori berkerut dan permeabilitas rendah sehingga kompleks violet kristal-iodin terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasm sehingga sel tetap biru/ungu. Saat penambahan safranin, bakteri gram negatif mengikatnya sedangkan gram negatif melewatkannya.
Bakterig ram- p os itif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram-negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri.
Bakterig ram- neg atif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Banyak spesies bakteri gram-negatif yang bersifat patogen, yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gram-negatif, terutama lapisan lipopolisakarida (dikenal juga dengan LPS atau endotoksin).
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada:
Hari : Senin Sampai Selasa
Tanggal : 9-31 Mei 2011
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratium Farmakognosi
3.2 Alat dan Bahan
Dalam penelitian uji aktivitas ekstrak daun sirih terhadap E.coli mengunakan alat dan bahamn sebagai berikut:
Alat
1. Batang pengaduk 5. Gelas ukur 11. Blue tip
2. Cawan petri 6. Tabung reaksi 12. kapas
3. Botol coklat 7. Corong pisah 13. jangka sorong
4. Botol semprot 8. Infus 14. Analitik
Bahan
1.Etanol 70% 3.Bakteri E.coli 3. Agar 4. Aquadest
1.3 Cara Kerja
1.3.1 Pembuatan media untuk menumbuhkan sampel dan uji aktifitas
Membuat media :
a. Menimbang media NA 1,38 gram dari perhitungan
1 cawan = 15 ml x 2 cawan petri = 30 ml
Komposisi dalam NA adalah 1 gram/ 23 ml
23 gram 1000 ml
X gram 30ml
23gram/1000 ml x 30 ml = 0,69 gram.
1.3.2 Cara sterilisasi
1. Dibungkus cawan petri sebanyak 2 dengan menggunakan kertas coklat, dengan cara yang benar.
2. Ditutup mulut elenmeyer yang berisikan media NA.
3. Diletakkan cotton bud secukupnya pada beaker glass, kemudian mulut beaker glass ditutup dengan
kapas, setelah itu dibungkus dengan kertas coklat, kemudian ditali dengan karet gelang.
kapas, setelah itu dibungkus dengan kertas coklat, kemudian ditali dengan karet gelang.
4. Letakan blue tipe lima pada ditutup dengan kapas, setelah itu dibungkus dengan kertas coklat,
kemudian ditali.
kemudian ditali.
5. Semua alat dan bahan yang telah dibungkus dengan kertas coklat, dimasukkan dalam autoklaf
untuk disterilkan mengunakan uap, selama 15 menit dengan tekanan 2 atm pada suhu 121°C.
untuk disterilkan mengunakan uap, selama 15 menit dengan tekanan 2 atm pada suhu 121°C.
6. Setelah 15 menit keluwarkan semua alat dan dan bahan( buka klep pengaman) biyarkan jarum yang ada di alat tolak tekanan 0.
1.3.3 Pembuatan ekstrak daun sirih
1.Dipilih daun sirih yang masih segar, ambil aun sirih yang berada d pucuk.
2.Ditimbang daun kemangi sebanyak 50 gram.
3.Dicuci daun kemangi dengan menggunakan air yang mengalir.
4.Dirajang daun sirih tipis-tipis
5.Direndam rajangan daun kemangi dengan etanol 70% sebanyak 600 ml.
6. dimasukkan kedalam botol coklat.
7.Didiamkan selama kurang lebih dua minggu.
8.Lakukan proses perkolasi dengan pelarut etanol 70% sebanyak 900 ml.
9.Lakukan proses busner (penyaringan mengunakan alat)
10. Evakorasi dengan mengunakan evaporator.
11.Simpan hasil evaporasi dalam botol coklat.
1.3.4 Uji Aktivitas ekstrak daun sirih dengan metode difusi (cakram)
1. Siapkan 2 cawan petri steril, blu tip, pipet volum dan lampu spritus.
2. Yalakan api lampu spritus.
3. pindahkan bakteri ke dalam cawan petri, mengunakan pipet volum.
4. Tuang media NA ke cawan petri kira-kira sebanyak 15 ml, tungu media
mengental.
5. Ambil kertas saring yang sudah dibasahi ekstrak daun sirih, taruh
ditengah-tengah media.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data hasil pengamatan
Dalam percoban ini saya mengunakan dua cawan petri :
Cawan petri pertama
Cawan petri kedua
cawan petri yang kedua terlihat bahwa
kstrak daun sirih tidak mebentuk zona
bening.
kstrak daun sirih tidak mebentuk zona
bening.
4.2 Analisa Prosedur
Prosedur yang dilakukan di atas sangat penting untuk di lakukan karena dalam suatu pratek mikrobiologi harus di utamakan keseterilan alat dan bahan untuk mendapatakan hasil yang diinginkan. Semua prosedur mempuyai alasan kenapa harus di lakukan, tidak satupun prosedur yang saya lakukan tanpa alasan dan pertimbangan yang matang. Dalam melaukan ekstrakisi daun sirih saya mengunakan pelarut etanol 70 %, karena kandungan kavikol dan kavibetol yang larut dalam pelarut non polar sehinga sangat cocok digunakan pelarut etanol 70 % . Daun sirih yang di rajang tipis-tipis, berfungsi untuk mempermudah pelarut merrusak dinding sel dan menarik keluwar zat yang berda dalam daun sirih. Proses perkolasi sangat penting di lakukan setelah selesai proses peredaman / maserasi alasanya dalam peredaman hasil ekstrasi daun sirih masih banya menempel di daun sirih. Dengan perkolasi dapat di dapatkan hasil ekstraksi jahu lebih banya dari pada jika saya menghentikan proses ekstraksi sampe maserasi.
Setelah proses perkolasi selesai dilakukan dilanjutkan dengan proses penyaringgan dengan mengunakan mesin penyaring busner. Maka akan di dapatkan hasil ekstraksi yang terbebas dari bagian-bagian daun siri dan ekstraksi tanpak lebih jernih. Dilanjutkan dengan proses evaporasi dengan mengunakan mesin evaporator, proses ini dilakukan karena saya akan memisahkan pelarut dengan ekstraksi daun sirih. Cara kerja mesin ini sangat sederhana yaitu pada perbedaan titik didih maka saya dapat memesihkan pelarut etanol dengan hasil ekstraksi sejara sempurna. Setelah proses evaporasi selesai, digunakan kertas lakmus untuk melihat ada tidanya etanol yang tersisa dalam hasil evoporasi. Jika dalam hasil eporasi tidak ada etanol masukan dalam botol coklat.
Ekstrak daun sirih sudah siap digunakan maka tahap berikutnya adalah pembuatan media yang akan digunakan untuk pertumbuhan bakteri E.coli. Media yang digunakan adalah NA karena bakteri tumbuh dalam media NA sehinga sangat cocok jika mengunakan media ini. Tahap berikutnya adalah seterilisasi alat dan bahan mengunakan autoklaf degan suhu 1210C ( karena pada suhu itu mikroorganisme akan mengalami kemati), tujuan seterilisasi adalah menjaga alat dan bahan agar tetap seteril.
Selanjutnya pegenceran bakteri dengan mengunakan sepektro karena lebih tepat (kosentrasi bakteri di dalam larutan), dari pada pengenceran secara manual/tanpa sepektro. Setelah semua tahap di atas selesai dilakukan maka sampai pada tahap dimana ekstraksi daun sirih di uji aktifitasnya terhadap bakteri E.coli dengan mengunakan metode difusi(cakram). Tujuan uji aktifitas ini untuk mengetahui berapa besar potensi ekstrak daun sirih sebagai antibiotik. Cakram yang di taruh di tengah-tengah cawan petri sudah pasti alasnya untuk mepermudah melihat zona bening dan mengukurnya. Inkubasi selama 2 X 24 jam karena rata-rata perkembangan bakteri adalah dua hari dua malam.
4.3 Analisa Hasil
Hasil penelitian yang saya peroleh, di luwar dugaan karena cawan petri yang pertama dan kedua sama sekali tidak memenuh persaratan sebagai antibiotik. Kedua cawan petri yang saya gunaka semuanya negatif hasilnya di karenakan tidak ada di antara kedua cawan petri ini yang terdapat zona bening. Cawan petri yang pertama sama sekalih tidak terdapat zona bening malah terlihat sesuatu yang aneh karena di dalam cawan petri yang pertama bakteri E.coli tidak tumbuh dengan wajar.
Dengan mengunakan pembanding cawan petri yang kedua dan dilihat dari ciri-ciri perkemban cawan petri pertama, dapat diketahui apa yang terjadi pada cawan petri pertama. Kemungkinan besar cawan petri pertama sudah terkotaminan bakteri/jamur sebelum di gunakan untuk perkembangan bakteri E.coli. Dilihat perkembangannya dari mata maka sudah bisa di pastikan bahwa di cawan petri pertama bukan bakteri melainkan jamur.
Sedangkan pada cawan petri kedua kasunya berbeda dengan cawan petri pertama, karena sudah jelas ekstrak daun sirih pada cawan petri kedua tidak mebentuk zona hambat/zona bening. Dalam semua proses yang telah saya lakukan semuanya sesuai prosedur yang ada tetapi ekstrak daun sirih tetap tidak mebentuk zona bening. Kemungkinan besar yang menyebabkan tidak terbentuknya zona bening pada saat proses ekstrak daun siri yang telah saya laukan.
Ekstraksi yang saya lakukan pada daun sirih bertujuan mengambil kandungan daun sirih yaitu kavikol dan kavibetol yang larut dalam etanol 70%. Kavikol dan kavibetol adalah senyawa yang bisa mepegarugi perkembangan suatu bakteri. Keberadaan kavikol dan kavibetol berkaitan erat dengan minya atsiri, karena dua senyawa itu terkandung dalam minyak atsiri. Sifat minya atsiri yang larut dalam etanol menyebabkan pada saat proses meserasi kandungan dau sirih yang tertarik keluwar oleh pelarut etanol tidak cuma kavikol dan kavibetol. Sudah dapat di pastikan apa akibatnya pada kavikol dan kavibetol apa lagi dua senyawa ini berada di dalam minyak atsirih.
Akibatnya pada presentasi kavikol dan kavibetol dalam ekstraksi karena dalam ekstraksi yang telah saya lakukan mengakibatkannya tertarik, juga senyawa-senyawa lain. Jika presentasi kavikol dan kavibetol dalam kandungan hasil ekstraksi cukup besar pasti akan menujukan kerjanya pada cawan petri pertama tapi cawan petri pertama tidak menujukan adanya zona bening sudah dipastikan presentasinya sangat kecil. Maka kemampuan antibakteri yang dimiliki tidak bisa mempengaruhi baktri yang ada dalam cawan petri.
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil pratek yang saya dapat bisa di simpulkan bahwa dalam melakukan ekstraksi daun sirih dengan tujuan mengambil kavikol dan kavibetol perlu diperhatikan juga senyawa-senyawa lain. Dalam daun sirih terdapat banyak sekalih kandungan senywa-senyawa selain kavikol dan kavibetol terlebih lagi senyawa-senyawa itu juga larut dalam etanol 70%. Kavikol dan kavibetol adalah senyawa yang berada dalam minyak atsiri maka untuk benar-benar mengambilnya di perlukan pelarut yang hanya bisa mengambil senyawa ini.
Dengan kata lain di butuhkan tehnik ekstraksi khusus agar didapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Diusahakan seminimal mungkin, agar senyawa selain kavikol dan kavibetol tidak ikut tertrik keluwar dalam proses ekstraksi.
5.2 SARAN
Untuk melakukan uji aktifitas ekstrak daun sirih terhadap bakteri perlu di rencanakan cara ekstraksi yang matang. Kita bisa mengunakan tehnik isolasi dengan senyawa-senyawa khusus untuk menarik keluwar kavikol dan kavibetol. Perlu juga dalam pengujian ekstrak daun sirih di gunakan beberapa kosentrasi ekstrak daun sirih agar dapat di temukan kosentrasi yang paling sesuai untuk antibiotik. Sebaiknya semua proses pratikum sebisa mungkin di ruwang seteril agar dapat menjaga keseterilan.
Gambar yang lain menyusul...
m4f keterbatasan sinyal
LAMPIRAN
Proses evakorasi :
m4f keterbatasan sinyal
saya mau tanya,
BalasHapusuntuk metode ekstraksi itu, sumber pustakanya dari mana ya?
simplisia nabati itu maksudnya apa ya?
terima kasih :)
terimakasih tugas saya jdi beres
BalasHapusboleh berbagi ilmu yg lain ga..
BalasHapusterimakasih tugas saya jadi selesai :)
BalasHapus