DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, sistem syaraf,mata, hati, dan ginjal. DM merupakan salah satu penyakit degeratif, dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia) dan dalam urin (glukosuria).
DEFINISI DIABETES
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang di sebabkan kurangnya insulin. Diabetes melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik di sertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah di sertai lesi pada membran basalis dalam pemerikasaan dengan pemeriksaan mikroskop elektron.
Diabetes melitus (DM) adalah adalah suatu gangguan kronik yang bercirikan hiperglikemia ( glukosa darah terlampau meningkat ) dan khususnya menyangkut metabolisme lemah dan protein juga terganggu.
Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia ( glukosa darah terlampau meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang ( glukosa ) di dalam tubuh. ( OOP : halaman 738 )
PENYEBAB DIABETES
Diabetes melitus bisa disebabkan oleh dua penyebab yaitu Diabetes yang timbul akibat kurangnya insulin dari kelenjar pankreas disebut DM tipe I, di sebabkan oleh reaksi autonium berupa serangan antibodi terhadap sel beta pankreas. Sedangkan Diabetes karena insulin tidak berfungsi dengan baik disebut DM tipe II, karena reseptor insulin pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk ke sel. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah dan menimbulkan berbagai komplikasi.
JENIS-JENIS DIABETES
A. Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 — dulu disebut insulin-dependent diabetes (IDDM, "diabetes yang bergantung pada insulin"), atau diabetes anak-anak, dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal .
Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Faktor-faktor imunologi :
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
B. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (bahasa Inggris: non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan karena kelainan pada banyak gen termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β dan gangguan sekresi hormon insulin.
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
C. Gestational Diabetes Mellitus
Gestational diabetes mellitus (GDM) melibatkan kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, menirukan jenis 2 kencing manis di beberapa pengakuan. Terjadi selama kehamilan dan dapat sembuh setelah melahirkan. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
GDM terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan secara penuh bisa perlakukan tetapi, tidak diperlakukan, boleh menyebabkan permasalahan dengan kehamilan, termasuk macrosomia (kelahiran yang tinggi menimbang), janin mengalami kecacatan dan menderita penyakit jantung sejak lahir. Penderita memerlukan pengawasan secara medis sepanjang kehamilan.
GEJALA DIABETES
Penyakit Diabetes Melitus secara umum ditandai oleh gejala 3P yaitu :
- Poliuria ( banyak kencing )
- Polidipsia ( banyak minum )
- Polifagia ( banyak makan )
Gejala Diabetes Tipe I yaitu :
- Gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat
- Kadar gula di dalam darah adalah tinggi
- Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan sering kencing, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak).
- Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah.
- Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton.
Gejala Diabetes Tipe II yaitu :
- Timbul gejala yang berupa sering kencing dan haus.
- Jarang terjadi ketoasidosis.
- Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental.
- Turunnya berat badan serta merasa letih
DIAGNOSA DIABETES
Dengan adanya gejala klinis atau komplikasi diabetes yang khas ( misalnya retinopati), seperti tertera di bawah ini, diagnosa dapat dipastikan dengan penentuan kadar glukosa darah. Nilai di atas 7,8 mmol/liter ( pada lambung kosong ) pada 2 hari berlainan di anggap positif ( WHO ). Begitu pula “ post load” di atas 11,0 mmol/liter, yaitu 2 jamsetelah pembebanan glukosa 75 gram.
Kriterium baru ( 1997 ) dari ADA ( American Diabetes Assosiation) menurunkan nilai batas ( perut kosong ) > 6,9mmol/liter. Kriterium post load di tiadakan karena test toleransi glukosa dalam praktek adakalanya tidak dapat dilakukan. Nilai antara 6,1 – 7,0 mmol/liter menunjukkan toleransi glukosa yang terganggu.
PENANGANAN DIABETES
Tindakan Umum seperti :
- Diet
Penderita DM sangat dianjurkan untuk menjalankan diet sesuai yang
dianjurkan, yang mendapat pengobatan anti diuretik atau insulin, harus
mentaati diet terus menerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan
waktu makan harus diatur. Ketaatan ini sangat diperlukan juga pada saat :
undangan/pesta, melakukan perjalanan, olah raga (OR) dan aktivitas lain .
- Olahraga/gerak badan
Dengan olahraga teratur sensitivitas sel terhadap insulin menjadi lebih baik, sehingga insulin yang ada walaupun relatif kurang, dapat dipakai dengan lebih efektif. Lakukan olahraga 1-2 jam sesudah makan terutama pagi hari selama 1 jam perhari minimal 3 kali/minggu.
- Obat obatan
Tablet/suntikan anti diabetes diberikan, namun therapy diet tidak boleh dilupakan dan pengobatan penyulit lain yang menyertai /suntikan insulin.
PENGOBATAN
- Pasien tipe 1
Dengan usia di bawah 40 tahun selalu perlu diobati dengan insulin, karena sel betanya tidak aktif lagi.
- Pasien tipe 2
Bila tindakan umum ( diet, gerak badan dan penurunan berat badan ) tidak atau kurang efektif untuk menormalkan glukosa darah, perlu digunakan antidiabetika oral.
- Diabetes kehamilan ( GDM )
Dilakukan dengan pemeriksaan gula darah oleh penderita dengan testtrips yang memerlukan hanya satu tetes darah.
PILIHAN OBAT DIABETES
- Pasien kurus
Biasanya diberikan obat sulfunilurea dari generasipertama yang agak lemah, yakni tolbutamida atau klorpropamida.
- Pasien Gemuk
(BMI > 30) umumnya secara primer diberikan metformin dengan khasiat anoreksans.
Insulin pada umumnya baru disuntikkan, bila obat-obat oral tersebuttidak memberikan lagiefek yang diinginkan atau menunjukkan resistensi.
INTERAKSI OBAT DIABETES
Insulin dan antidiabetika oral mudah sekali dipengaruhi efeknya oleh obat-obat lain yang diberikan bersamaan, dengan akibat yang tidak nyaman dan berbahaya bagi pasien. Obat-obat yang paling sering menimbulkan interaksi terbagi dalam efek yang ditimbulkannya, yaitu :
- Efek potensial
a. Analgetika : salisilat, fenilbutazon
b. Antibiotika : kloramfenikol, tetrasiklin, sulfonamid, INH
c. Lain-lain : alkohol, antikoagulansia, klofibrat, probenesid
- Efek memperlemah
Yang terkenal adalah diuretika tiazida dan furosemida, hormon-hormon kortikoida, tiroksin, esterogen ( pil anti hamil ), adrenalin dan glukagon.
KAITAN GIZI DENGAN DIABETES MELITUS
unsur zat gizi makro. Gangguan metabolisme ini juga menyebabkan gangguan
metabolisme zat gizi lain yaitu protein, lemak, vitamin, dan mineral yang mana proses metabolisme tubuh itu saling berinteraksi antar semua unsur zat
gizi. Oleh karena itu, DM adalah merupakan salah satu dari “Nutrition Related
Disease” dimana gangguan salah satu metabolisme zat gizi dapat menimbulkn penyakit.Terapi diet adalah penatalaksanaan gizi paling penting pada penderita DM. Tanpa pengaturan jadwal dan jumlah makanan serta kualitas makanan sepanjang hari, sulit mengontrol kadar gula darah agar tetap dalam batas normal Bila dibiarkan dalam jangka waktu lama, akan mengakibatkan komplikasi baik akut atau kronis, yang pada akhirnya dapat membahayakan keselamatan penderita DM sendiri atau mempengaruhi produktivitas kerja. (contoh: pada penderita DM yang mengalami luka gangren yang harus diamputasi karena kadar gulanya selalu tinggi sehingga lukanya tidak dapat sembuh).
nice blog...
BalasHapussalam kenal dan blogwalking...^^
http://liendaajja.blogspot.com/
ditunggu kunjungannya...:)